Recent Posts

Sunday, August 21, 2016

Sosok Lain Diriku


Assalamu’alaikum :-)
Sudah 3 tahun lamanya aku hidup jauh dari keluarga ku. Selama itu pun aku mulai mendapatkan pelajaran berharga yang mungkin tidak bisa aku temukan di tempat lain. Semuanya jelas tergambar dalam pikiranku, tapi semua itu tak mudah untuk dirangkaikan menjadi kalimat yang nantinya akan kalian mengerti. Entah, harus darimana aku memulai cerita itu. 
Terkadang aku sangat bahagia dengan kehidupan dan segala embel-embel yang aku jalani. Tapi terkadang, aku pun bisa merasakan hal yang sebaliknya.

Awalnya aku optimis akan menjalani hidup dengan lebih bahagia jika sendiri, tanpa harus merepotkan keluargaku, tanpa harus selalu meminta tolong papa, ibu serta kakakku disana. Nyatanya, diawal kehidupan baruku disini aku memiliki banyak kesulitan dan bingung untuk memulainya darimana. Haruskah aku menghubungi mereka dan melakukan hal sama yang dulu sering aku lakukan? Atau mungkin aku akan meminta tolong kepada om ku yang saat ini rumahnya aku tinggali ?
Tidak, dulu aku terlalu malu atau lebih tepatnya gengsi untuk melakukan itu. Aku hanya bisa berdiam diri, berkutat di depan layar handpone sambil berfikir tentang hal apa yang aku lakukan untuk menyelesaikan segala urusanku. Hal ini berlanjut hingga akhirnya aku merasa bahwa aku adalah orang dengan kepribadian yang tidak wajar.
Aku menjadi orang yang lebih nyaman ketika sendiri tanpa adanya orang yang menemani, aku menjadi orang yang tidak menyukai keramaian, meski keramaian itu ada karena keluargaku.
Bahkan aku akan menunjukan sikap tak wajar jika harus berhadapan dengan orang-orang yang mengusik kenyamananaku, sekalipun ia adalah orang yang aku sukai. misalnya saja aku bisa mengumpat, berbohong, bahkan pergi begitu saja tanpa memberi tahu sebelumnya.
Tanpa sadar om ku ternyata mengamati perilakuku ini, dan mulai membeberkannya kepada papaku. Papa tentu saja kaget, mengingat sebelumnya aku adalah orang yang paling riang dan usil diantara kedua saudaraku. Jelas saja papa langsung menegur dan memberi banyak nasehat agar aku tak mengulangi tingkah anehku ini.
Semenjak itu aku mulai membuka diri sedikit demi sedikit agar dapat berrgaul layaknya orang lain pada umumnya. Aku mulai berteman dekat dengan beberapa teman kampus, serta orang lain di luar kampus yang notabene usianya lebih muda dibanding usiaku.
Temanku banyak yang masih duduk di bangku SMA dan lebih banyak lagi berasal dari kalangan SD bahkan ada yang belum sama sekali merasakan bangku sekolah. Mereka lebih asyik diajak sebagai teman bermain jika dibandingkan dengan teman-teman seusiaku yang hanya berkutat dengan layar handponenya, membicarakan hal yang viral di media sosial, menanyakan tentang trend masa kini, dan tentunya menggosipkan hal yang tak ada hubungannya denganku.
Banyak keseruan yang aku lalui bersama teman-teman kecilku, dan hal itu menyenangkan. Tapi tetap ada saat menyebalkan disaat mereka mulai menanyakan tentang segala hal yang ingin maupun sedang aku lakukan. Meskipun begitu, hal itu sama sekali tak menggangguku, bahkan kebiasaan mereka itupun mulai menjadi kebiasaan baru yang aku lakukan kepada orang—orang terdekatku. Hahaha
Aku bahagia bisa berteman dengan teman-teman kecilku, tapi bukan berarti dengan bahagia, masalah tak pernah mendatangiku. Aku sudah berteman dengan beberapa orang lain di luar sana, dan nyatanya aku juga masih belumsepenuhnya bisa nyaman ketika berada di dekat mereka. Aku tetap memiliki segudang masalah yang saat ini sedang aku hadapi dan coba untuk selesaikan. Pabila kemungkinan terburuklah yang aku temui, maka aku hanya akan tersenyum dan membumbui otakku dengan pikiran positif seraya berkata bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja.
Tak semudah seperti kalian mengucapkan kalimat ini dengan lancar. Tapi, aku tetap akan membuatnya menjadi hal yang mudah serta berarti.
Yah, Semua akan tetap baik-baik saja meskipun yang terjadi mungkin akan jauh lebih buruk.



0 comments:

Post a Comment