Assalamu’alaikum :-)
Sudah 3 tahun lamanya
aku hidup jauh dari keluarga ku. Selama itu pun aku mulai mendapatkan pelajaran
berharga yang mungkin tidak bisa aku temukan di tempat lain. Semuanya jelas
tergambar dalam pikiranku, tapi semua itu tak mudah untuk dirangkaikan menjadi
kalimat yang nantinya akan kalian mengerti. Entah, harus darimana aku memulai
cerita itu.
Terkadang aku sangat
bahagia dengan kehidupan dan segala embel-embel yang aku jalani. Tapi
terkadang, aku pun bisa merasakan hal yang sebaliknya.
Awalnya
aku optimis akan menjalani hidup dengan lebih bahagia jika sendiri, tanpa harus
merepotkan keluargaku, tanpa harus selalu meminta tolong papa, ibu serta
kakakku disana. Nyatanya, diawal kehidupan baruku disini aku memiliki banyak
kesulitan dan bingung untuk memulainya darimana. Haruskah aku menghubungi
mereka dan melakukan hal sama yang dulu sering aku lakukan? Atau mungkin aku
akan meminta tolong kepada om ku yang saat ini rumahnya aku tinggali ?
Tidak,
dulu aku terlalu malu atau lebih tepatnya gengsi untuk melakukan itu. Aku hanya
bisa berdiam diri, berkutat di depan layar handpone sambil berfikir tentang hal
apa yang aku lakukan untuk menyelesaikan segala urusanku. Hal ini berlanjut
hingga akhirnya aku merasa bahwa aku adalah orang dengan kepribadian yang tidak
wajar.
Aku
menjadi orang yang lebih nyaman ketika sendiri tanpa adanya orang yang
menemani, aku menjadi orang yang tidak menyukai keramaian, meski keramaian itu
ada karena keluargaku.
Bahkan
aku akan menunjukan sikap tak wajar jika harus berhadapan dengan orang-orang
yang mengusik kenyamananaku, sekalipun ia adalah orang yang aku sukai. misalnya
saja aku bisa mengumpat, berbohong, bahkan pergi begitu saja tanpa memberi tahu
sebelumnya.
Tanpa
sadar om ku ternyata mengamati perilakuku ini, dan mulai membeberkannya kepada
papaku. Papa tentu saja kaget, mengingat sebelumnya aku adalah orang yang
paling riang dan usil diantara kedua saudaraku. Jelas saja papa langsung
menegur dan memberi banyak nasehat agar aku tak mengulangi tingkah anehku ini.
Semenjak
itu aku mulai membuka diri sedikit demi sedikit agar dapat berrgaul layaknya
orang lain pada umumnya. Aku mulai berteman dekat dengan beberapa teman kampus,
serta orang lain di luar kampus yang notabene usianya lebih muda dibanding usiaku.
Temanku
banyak yang masih duduk di bangku SMA dan lebih banyak lagi berasal dari
kalangan SD bahkan ada yang belum sama sekali merasakan bangku sekolah. Mereka
lebih asyik diajak sebagai teman bermain jika dibandingkan dengan teman-teman
seusiaku yang hanya berkutat dengan layar handponenya, membicarakan hal yang
viral di media sosial, menanyakan tentang trend masa kini, dan tentunya
menggosipkan hal yang tak ada hubungannya denganku.
Banyak
keseruan yang aku lalui bersama teman-teman kecilku, dan hal itu menyenangkan.
Tapi tetap ada saat menyebalkan disaat mereka mulai menanyakan tentang segala
hal yang ingin maupun sedang aku lakukan. Meskipun begitu, hal itu sama sekali
tak menggangguku, bahkan kebiasaan mereka itupun mulai menjadi kebiasaan baru
yang aku lakukan kepada orang—orang terdekatku. Hahaha
Aku
bahagia bisa berteman dengan teman-teman kecilku, tapi bukan berarti dengan
bahagia, masalah tak pernah mendatangiku. Aku sudah berteman dengan beberapa orang
lain di luar sana, dan nyatanya aku juga masih belumsepenuhnya bisa nyaman
ketika berada di dekat mereka. Aku tetap memiliki segudang masalah yang saat
ini sedang aku hadapi dan coba untuk selesaikan. Pabila kemungkinan terburuklah
yang aku temui, maka aku hanya akan tersenyum dan membumbui otakku dengan
pikiran positif seraya berkata bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja.
Tak
semudah seperti kalian mengucapkan kalimat ini dengan lancar. Tapi, aku tetap
akan membuatnya menjadi hal yang mudah serta berarti.
Yah,
Semua akan tetap baik-baik saja meskipun yang terjadi mungkin akan jauh lebih
buruk.
0 comments:
Post a Comment